Menelusuri Peradaban Zaman Batu di Cipari

Kuningan, bagi para arkeolog merupakan sebuah daerah yang banyak menyimpan misteri masa lalu, terutama zaman megalitikum. Memang masih banyak benda peninggalan masa lalu yang dapat ditemukan di Kabupaten Kuningan. Bahkan ekskavasi secara berkala pernah dilakukan oleh Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Jakarta pada tahun 1974.
Beragam temuan banyak didapati di hampir seluruh wilayah kabupaten yang terletak di kaki Gunung Ciremai ini. Mulai dari menhir, batu dakon, meja batu, hingga peti kubur batu tersebar. Tercatat, 14 buah peti kubur batu terdapat di Desa Cibuntu, Kecamatan Mandirancan, Palatagan (Pancalang), Rajadanu (Jalaksana), Raga Wacana (Kramat Mulya), Panawar Beas (Cigugur), dan di Desa Cigadung serta Pager Barang Citangtu Kecamatan Kuningan Kota.
Taman Purbakala Cipari berada di lingkungan Cipari, Kelurahan Cigugur. Terletak pada sebuah perbukitan dan berada di bagian barat Kuningan. Jarak tempuh dari pusat kota sekitar 3,5 kilometer dengan kondisi jalan sudah beraspal. Untuk menikmati suasana pedesaan, Anda dapat menggunakan sarana transportasi berupa delman. Hanya dengan membayar Rp 15 ribu, kusir delman akan mengantarkan perjalanan wisata Anda ke Taman Purbakala Cipari, Kolam Ikan Cigugur, dan Desa Adat Cigugur yang terkenal dengan tradisi Seren Taun -nya.
Perjalanan di Kabupaten Kuningan, diawali di situs purbakala Cipari. Di situs purbakala ini tersimpan beraneka ragam peninggalan manusia masa lalu terutama yang berkembang pada masa megalitikum. Yang menjadi daya tarik obyek wisata purbakala berupa peti kubur batu yang masih terawat dan tertata rapi serta insitu. Sehingga pengunjung obyek tersebut akan dapat menyimak tentang pola kehidupan manusia masa lalu.
Peti kubur batu yang berada di situs purbakala Cipari sebenarnya memiliki kesamaan fungsi dengan peti-peti kubur lainnya yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Di Kepulauan Samosir, masyarakat setempat menyebutnya dengan sebutan Tundrum Baho, di Bondowoso Jawa Timur disebut dengan Pandusa, di Gianyar Bali dikenal dengan istilah Sarkofagus, dan di Sulawesi Utara disebut juga dengan nama Waruga. Yang membedakan, peti kubur batu di Cipari terbuat dari lempengan-lempengan batu yang dibentuk menyerupai peti. Batu-batu berupa papan tersebut banyak sekali ditemukan di sekitar lokasi taman wisata purbakala.
Peti kubur batu yang ditemukan di Kabupaten Kuningan rata-rata menghadap ke arah timur laut-barat daya. Pola ini sebenarnya merupakan penggambaran atas konsep-konsep kekuatan alam seperti matahari dan bulan, yang merupakan pedoman budaya manusia yang hidup pada masa megalitikum, di mana mereka selalu berpegang pada pola terbit dan terbenamnya matahari. Di dalam peti kubur batu itu sendiri tidak ditemukan kerangka manusia. Meski demikian, temuan berupa bekal kubur banyak ditemukan di situs yang pernah dijadikan area penelitian oleh Puslit Arkenas secara berkesinambungan sejak tahun 1972 di bawah pimpinan Teguh Asmar.
Selain kubur peti batu, di sekitar lokasi wisata purbakala juga terdapat bangunan punden berundak yang letaknya lebih tinggi dari bangunan megalitik lainnya. Menurut kepercayaan masa lalu, bangunan tersebut berfungsi sebagai sarana untuk penghormatian dan persembahan bagi roh para nenek moyang. Bangunan lain yang tak kalah uniknya adalah berupa menhir, berupa batu yang berdiri tegak yang berfungsi sebagai sarana untuk memperingati seseorang yang masih hidup ataupun kerabat-kerabat yang telah lama meninggal dunia. Menhir juga merupakan salah satu sarana yang berfungsi sebagai tahta kedatangan roh nenek moyang.
Di kawasan Museum Purbakala Cipari tersimpan benda-benda temuan hasil ekskavasi tim LPPN dan Puslitarkenas. Benda-benda seperti kapak batu persegi, gelang batu, kapak batu, gelang perunggu, lumpang batu, batu obsidian, hematite, batu bahan, bulatan tanah, kendil, pendil, jambaran, dan buli-buli tersimpan rapi di dalam museum yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof DR Syarief Thayeb pada 23 Februari 1978. Tidak jauh dari Taman Purbakala Cipari, kira-kira berjarak satu kilo meter ke arah barat, terdapat sebuah desa dengan komunitas masyarakat yang masih menganut tradisi karuhun. Setiap tanggal 22 Rayagung, mereka selalu merayakan tradisi Seren Taun. Yaitu sebuah upacara masyarakat agraris Sunda terhadap limpahan hasil bumi yang diberikan Sang Pencipta kepada umatnya.
”Sampurasun Ka Luluhur, tamada ka Sadayana, cunduk waktu nu rahayu nitih wanci numustari, syukuran Ka nu maha Agung.” Begitulah lantunan bait penuh makna yang diucapkan oleh pemimpin upacara menambah sakral upacara yang digelar setiap tahun sekali oleh masyarakat di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Bahkan, iringan nada-nada gamelan renteng yang melantunkan tembang sanjungan berupa lagu papalayon dan babarit kepada Karuhun atau nenek moyang menambah sakral ruangan paseban Tri Panca Tunggal yang berdiri pada tahun 1840 itu. Tradisi Seren Taun yang setiap tahun dilaksanakan oleh masyarakat agraris di Cigugur sebenarnya makna hampir sama dengan upacara-upacara yang dilakukan oleh para petani di seluruh Indonesia, bahkan petani di negara-negara agraris masih melakukan kebiasaan atau upacara Thank’s Giving kepada Tuhan atas limpahan hasil pertanian.
Mungkin, kita pernah mendengar kebiasan petani di Jawa Tengah dengan tradisi Mapag Sri dan upacara-upacara sejenis lengkap dengan beragam uborampenya. Semua itu merupakan rasa penghormatan yang tak terhingga dari para petani atas limpahan rejeki yang telah diberikan oleh Tuhan Yang maha Esa sehingga hasil bumi-utamanya padi- dapat dinikmati oleh masyarakat. Melalui Seren Taun inilah masyarakat petani di kawasan Cigugur dan sekitarnya menyampaikan rasa syukurnya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencerminan kesadaran pribadi atas suatu kenyataan yang mereka terima, yakni hidup dengan kehidupan, dengan kehalusan budi, cinta kasih, tatakrama dalam menerima sentuhan cipta, rasa, dan karsa yang diberikan sang Pencipta. Upacara Seren Taun bagi petani di Cigugur selalu diselenggarakan pada setiap bulan Rayagung.
Pangeran Djatikusumah, seorang pinisepuh masyarakat Desa Cigugur, kepada Republika mengungkapkan, prosesi Seren Taun diawali dengan upacara ngajayak atau menjemput padi. Kebiasaan menjemput padi dilaksanakan empat hari sebelum upacara puncak berlangsung. Ngajayak yang digelar pada tanggal 18 Rayagung memiliki makna menyambut cinta kasih atas kemurahan Tuhan. Rentetan prosesi tidak berhenti di situ. Pada tanggal 22 Rayagung, digelar upacara puncak penumbukan padi. Dalam perhitungan tahun Saka, bulan Rayagung merupakan bulan kedua belas atau penghujung tahun. Demikian dengan penetapan perayaan tradisi Seren Taun juga bermakna kehidupan manusia dari tahun ke tahun tidak lain karena keagungan Tuhan pada umatnya. Masyarakat Sunda lebih mengedepankan religiusitas ahklak, kesejahteraan masyarakat, dan menunujukkan bahwa nenek moyang telah memiliki peradaban moralitas.
Prosesi upacara puncak yang berlangsung sakral, diikuti oleh muda-mudi, serta warga masyarakat Desa Cigugur dengan penuh sukacita. Dengan formasi empat penjuru mata angin, upacara ini diawali dengan barisan lulugu, yakni dua orang gadis muda belia yang mengusung padi, buah-buahan, dan umbi-umbian hasil bumi masyarakat yang dikawal oleh seorang pemuda dengan membawa payung janur bersusun tiga. Pada barisan kedua, sebanyak sebelas gadis belia membawa padi yang masing-masing dipayungi juga oleh para pemuda.
Ini disusul dengan rombongan ibu-ibu yang membawa ikatan padi yang disunggi di atas kepala atau menurut masyarakat setempat disebut nyuhun. Rentetan barisan diakhiri dengan rombongan bapak-bapak paruh baya yang memikul padi dengan rengkong sambil digoyang-goyang. Menurut Pangeran Jatikusumah, semuanya itu mengandung makna yang sangat hakiki bagi masyarakat Cigugur.
Banyaknya hasil bumi yang dibawa masyarakat Cigugur ke arena upacara Seren Taun menandakan rasa syukur yang mendalam kepada Tuhan, meski masyarakat di Cigugur dan sekitarnya beragama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan aliran kepercayaan. Masih di kawasan Cipari-Cigugur, wisatawan dapat menikmati sejuknya hawa pegunungan Ciremai sembari bercengkrama dengan ribuan ikan kancra atau sering disebut ikan dewa yang oleh masyarakat setempat sangat disakralkan.
Lokasi kolam keramat Cigugur, terletak kira-kira 200 meter dari desa adat Cigugur atau empat kilometer dari pusat kota Kuningan. Menurut masyarakat setempat, komunitas ikan langka tersebut hanya terdapat di daerah Kuningan. Itu pula sebabnya pemerintah setempat mengangkat ikan kancra sebagai fauna yang dilindungi dan tanaman gadung sebagai flora yang dilindungi dengan perda. Ikan jenis kancra bodas ini selain terdapat di kolam keramat Cigugur, juga hidup secara alami di kawasan obyek wisata Darma Loka, Kolam Keramat Cibulan, Kolam Linggarjati, dan Kolam Cipaniis. n dedy setiono musashi
Legenda Ikan Kancra di Kaki Gunung Ciremai
Kolam Keramat Cigugur terletak sekitar tiga kilometer dari ibukota Kabupaten Kuningan. Secara geografis, ”balong” itu masuk wilayah Kelurahan Cigugur. Menurut cerita yang berkembang dan dipercaya oleh masyarakat setempat, sebelum lahir nama Cigugur, tempat itu acap disebut dengan nama Padara. Istilah ini diambil dari nama seorang tokoh masyarakat, yaitu Ki Gede Padara, yang memiliki pengaruh besar di desa itu.
Konon Ki Gede Padara lahir sebelum Kerajaan Cirebon berdiri. Menurut perkiraan, tokoh yang menjadi cikal bakal masyarakat Cigugur ini lahir pada abad ke-12 atau ke-13. Pada masa itu, beberapa tokoh yang sezaman dengannya sudah mulai bermunculan, di antaranya Pangeran Pucuk Umun dari Kerajaan Talaga, Pangeran Galuh Cakraningrat dari Kerajaan Galuh, dan Aria Kamuning yang memimpin Kerajaan Kuningan. Berdasarkan garis keturunan, keempat tokoh tersebut masih memiliki hubungan persaudaraan. Namun dalam hal pemerintahan, kepercayaan, dan ajaran yang dianutnya, mereka memiliki perbedaan. Pangeran Pucuk Umun, Pangeran Galuh Cakraningrat, dan Aria Kamuning menganut paham aliran ajaran agama Hindu. Sedangkan Ki Gede Padara tidak menganut salah satu ajaran agama.
Pada abad ke-14 di Cirebon lahir sebuah perguruan yang beraliran dan mengembangkan ajaran agama Islam. Tokoh yang mendirikan perguruan tersebut ialah Syech Nurdjati. Selain Syech Nurdjati, Sunan Gunungjati pun memiliki peran yang besar dalam pengembangan perguruan Islam di tanah Caruban itu. Sebagai kuwu pertama di Dusun Cigugur diangkatlah Ki Gede Alang-Alang. Hingga wafatnya, beliau dimakamkan di Kompleks Masjid Agung. Di usia tuanyan, Ki Gede Padara punya keinginan untuk segera meninggalkan kehidupan fana. Namun, ia sendiri sangat berharap proses kematiannya seperti layaknya manusia pada umumnya. Berita tersebut terdengar oleh Aria Kamuning, yang kemudian menghadap kepada Syech Syarif Hidayatullah. Atas laporan itu, Syech Syarif Hidayatullah pun langsung melakukan pertemuan dengan Padara. Syech Syarif Hidayatullah merasa kagum dengan ilmu kadigjayan yang dimiliki oleh Ki Gede Padara.
Dalam pertemuan itu Padara pun kembali mengutarakan keinginannya agar proses kematiannya seperti layaknya manusia biasa. Syech Syarif Hidayatullah meminta agar Ki Gede Padara untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, sebagai syaratnya. Syarat yang langsung dipenuhi Ki Gede Padara. Namun, baru satu kalimat yang terucap, Ki Gede Padara sudah sirna. Setelah Ki Gede Padara menghilang, Syech Sarif Hidayatullah bermaksud mengambil air wudhlu. Namun, di sekitar lokasi tersebut sulit ditemukan sepercik air pun. Dengan meminta bantuan Allah SWT, dia pun menghadirkan guntur dan halilintar disertai hujan yang langsung membasahi bumi. Dari peristiwa inilah kemudian sebuah kolam tercipta.
Namun, masyarakat setempat tidak tahu menahu kapan persisnya kolam tersebut dibangun. Satu hal pasti, kolam tersebut dianggap keramat. Apalagi setelah kolam ”ditanami” ikan kancra bodas. Pengeramatan tersebut juga dilakukan oleh masyarakat terhadap ikan sejenis yang hidup di kolam Darmaloka, Cibulan, Linggarjati, dan Pasawahan. Maksud pengkeramatan terhadap ikan langka tersebut tidak lain bertujuan untuk menjaga dan melestarikannya dari kepunahan akibat ulah manusia.
Ada hal aneh yang sampai kini masih terjadi atas ikan-ikan itu: Jumlahnya dari tahun ke tahun tak pernah bertambah atau pun berkurang. Seolah ikan-ikan tersebut tidak pernah mati atau menurunkan generasi dan keturunan. Komunitas ikan kancra bodas ini tak dapat ditemui selain di kolam-kolam keramat yang ada di Kabupaten Kuningan. Keanehan lainnya terlihat dari polah tingkah laku mereka yang sangat akrab dengan manusia. Bila kolam dibersihkan, masyarakat sekitar sering melihat bahwa ikan-ikan yang ada di kolam tersebut menghilang. Mereka percaya bahwa ikan-ikan tersebut berpindah lokasi ke kolam-kolam keramat lainnya yang ada di Kuningan. Wallahhualam.qd


Talaga Warna








Diceritakan kembali oleh Maman Romansyah
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. "Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat," sahut mereka.
Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya.. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Kebo Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar, sehingga ia dapat bepergian dengan cepat. Kalau ia ingin minum, Kebo Iwa tinggal menusukkan telunjuknya ke tanah. Sehingga terjadilah sumur kecil yang mengeluarkan air.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. "Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku," kata Prabu. "Dengan senang hati, Yang Mulia," sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. "Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak," kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. "Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!" seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang.
Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Mula-mula membentuk kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu danau itu makin besar dan menenggelamkan istana.
Sekarang, danau itu disebut Talaga Warna. Danau itu berada di daerah puncak. Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga

Asal Mula Base Camp 08


Siapa sich yang gak kenal basecamp ?
Mereka bukan kelompok band setenar Dewa atau Padi. Mereka juga bukan coverboy seganteng F4 nya Meteor Garden. Tapi mereka cukup tenar di kalangan warga desa Langseb Kuningan, Jawa Barat.
Asal mula mereka berdiri hanya terdiri dari Dede Agus, Dede Iman, Aris Riswadi, Muhammad Alie dan beberapa personil cabutan dari kelompok lain. Mereka berkumpul hanya sebagai teman main sepulang sekolah dari main gundu sampe main karet, selalu bersama. Kebersamaan itu yang membuat mereka saling mengasihi layaknya saudara.
Beberapa tahun kemudian, datanglah beberapa ekor..eh maksudnya orang ..lelaki dari penjuru kota! Ada Toyo, Yandi, Soni, dll. Mereka semua jatuh hati pada pandangan pertama. Tidak hanya mereka, pada suatu hari secara tiba tiba Langseb geger karena disinyalir telah kedatangan seorang artis kenamaan asal kampung Lembur, anak mamang tersayang, Sartim Are Saputra. Beliaupun jatuh hati dan menyatakan bergabubg dengan anak anak basecamp.
Lama kelamaan, karena tidak mampu lagi menampung banyak orang, Perdana Menteri basecamp masa bakti saat itu memutuskan untuk mendirikan sebuah tempat penampungan  atau sering di sebut joglo. Tempatnya sederhana, tapi yang istimewa adalah  usaha mereka membangunnya. Bambu demi bambu dikumpulkan, 30 % sumbangan sukarela, 20% nemu di jalan dan sisanya (50%) hasil curian. Untung saja pihak kepolisian belum mampu mengungkap kasus ini. Maklum anjing pelacaknya cuti hamil dan melahirkan.
Beberapa lama kemudian beberapa bidadari cantik mulai mendekati mereka. Awalnya hanya ada 3 wanita pengganggu ( Reni, Lia, Yuyu) tapi kemudian datanglah seorang perempuan dari pinggiran kota Jakarta yang bernama Dian Sinta, Belum lagi satu TKW dari Banjarmasin, membuat basecamp makin semarak.
Masalah demi masalah menerjang keharmonisan basecamp. Walau sempat retak, kini mereka mampu membangun kembali Joglo baru, manusia baru, pemikiran baru. Tapi tetap saja tampuk pimpinan masih di pegang oleh saudara Muhamma Alie Aripin.
(catatan ini di sadur dari buku orange basecamp. Ditulis oleh Dian Sint Fitriani pada Februari 2003)

Hikayat Burung Cendrawasih


Sahibul hikayat telah diriwayatkan dalam Kitab Tajul Muluk, mengisahkan seekor burung yang bergelar burung cenderawasih. Adapun asal usulnya bermula dari kayangan. Menurut kebanyakan orang lama yang arif mengatakan ianya berasal dari syurga dan selalu berdamping dengan para wali. Memiliki kepala seperti kuning keemasan. Dengan empat sayap yang tiada taranya. Akan kelihatan sangat jelas sekiranya bersayap penuh adanya. Sesuatu yang sangat nyata perbezaannya adalah dua antena atau ekor ‘areil‘ yang panjang di ekor belakang. Barangsiapa yang melihatnya pastilah terpegun dan takjub akan keindahan dan kepelikan burung cenderawasih.

Amatlah jarang sekali orang memiliki burung cenderawasih. Ini kerana burung ini bukanlah berasal dari bumi ini. Umum mengetahui bahawa burung Cenderawasih ini hanya dimiliki oleh kaum kerabat istana saja. Hatta mengikut sejarah, kebanyakan kerabat-kerabat istana Melayu mempunyai burung cenderawasih. Mayoritas para peniaga yang ditemui mengatakan ia membawa tuah yang hebat.

Syahdan dinyatakan lagi dalam beberapa kitab Melayu lama, sekiranya burung cenderawasih turun ke bumi nescaya akan berakhirlah hayatnya. Dalam kata lain burung cenderawasih akan mati sekiranya menjejak kaki ke bumi. Namun yang pelik lagi ajaibnya, burung cenderawasih ini tidak lenyap seperti bangkai binatang yang lain. Ini kerana ia dikatakan hanya makan embun syurga sebagai makanannya. Malahan ia mengeluarkan bau atau wangian yang sukar untuk diperkatakan. Burung cenderawasih mati dalam pelbagai keadaan. Ada yang mati dalam keadaan terbang, ada yang mati dalam keadaan istirahat dan ada yang mati dalam keadaan tidur.

Walau bagaimanapun, Melayu Antique telah menjalankan kajian secara rapi untuk menerima hakikat sebenar mengenai BURUNG CENDERAWASIH ini. Mengikut kajian ilmu pengetahuan yang dijalankan, burung ini lebih terkenal di kalangan penduduk nusantara dengan panggilan Burung Cenderawasih. Bagi kalangan masyarakat China pula, burung ini dipanggil sebagai Burung Phoenix yang banyak dikaitkan dengan kalangan kerabat istana Maharaja China. Bagi kalangan penduduk Eropah, burung ini lebih terkenal dengan panggilan ‘Bird of Paradise‘.

Secara faktanya, asal usul burung ini gagal ditemui atau didapathingga sekarang. Tiada bukti yang menunjukkan ianya berasal dari alam nyata ini. Namun satu lagi fakta yang perlu diterima, burung cenderawasih turun ke bumi hanya di IRIAN JAYA (Papua sekarang), Indonesia saja. Tetapi yang pelik namun satu kebenaran burung ini hanya turun seekor saja dalam waktu tujuh tahun. Dan ia turun untuk mati. Sesiapa yang menjumpainya adalah satu tuah. Oleh itu, kebanyakan burung cenderawasih yang anda saksikan mungkin berumur lebih dari 10 tahun, 100 tahun atau sebagainya. Kebanyakkannya sudah beberapa generasi yang mewarisi burung ini.

Telah dinyatakan dalam kitab Tajul Muluk bahawa burung cenderawasih mempunyai pelbagai kelebihan. Seluruh badannya daripada dalam isi perut sehinggalah bulunya mempunyai khasiat yang misteri. Kebanyakannya digunakan untuk perubatan. Namun ramai yang memburunya kerana ‘tuahnya’. Burung cenderawasih digunakan sebagai ‘pelaris’. Baik untuk pelaris diri atau perniagaan. Sekiranya seseorang memiliki bulu burung cenderawasih sahaja pun sudah cukup untuk dijadikan sebagai pelaris. Mengikut ramai orang yang ditemui memakainya sebagai pelaris menyatakan, bulu burung cenderawasih ini merupakan pelaris yang paling besar. Hanya orang yang memilikinya yang tahu akan kelebihannya ini. Namun yang pasti burung cenderawasih bukannya calang-calang burung. Penuh dengan keunikan, misteri, ajaib, tuah. [qd/infokita]

The Base Camp 08


Base Camp 08 terlahir disebuah desa namanya Langseb,komunitasnya anak-anak blok.wage Rt.08
khususnya sebelah utara yang dekat dengan Jalan Raya desa Langseb.Tetapi kami juga ada beberapa anggota dari blok-blok lain_dan tidak menutup kemungkinan untuk temen-temen yang ingin tahu,gmaupun bergabung dengan kami.
Comunity of the base camp 08; Ali Arifin_ketua/suhu,dan yang lainnya merupakan Anggota; De Agus,v-jay,P-cong,Bray,Dadi Pedrosa,Q-Dol,Novit,Kadal,Iwan Tress,Jojon,Pcay,Besur,Komandan,Oyot,Qtey,Brimob/Bondrick,Datuk,dll.

Dah lama juga dari lebaran kemaren iedul Fitri 1430 h,baru nuli-nulis lagi...
sebelumnya saya mengucapkan "Minal Aidzin Walfa idzin mohon Maaf lahir & bathin".
kali ini mengenai seseuatu yg katanya masih misterius sampai sekarang...


Misteri Segitiga Bermuda



Segitiga Bermuda (bahasa Inggris: Bermuda Triangle), terkadang disebut juga Segitiga Setan adalah sebuah wilayah lautan di Samudra Atlantik seluas 1,5 juta mil2 atau 4 juta km2 yang membentuk garis segitiga antara Bermuda, wilayah teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di sebelah barat. Segitiga Bermuda dikenal karena isu paranormal yang berhubungan menghilangnya sejumlah kapal dan pesawat terbang yang memasuki area tersebut. Tak semua pertanyaan ada jawabannya. Demikian pula dengan sejumlah peristiwa dan fenomena alam di bumi ini. Tak semua (belum) bisa dijelaskan.

Bagi Anda yang gemar kisah misteri, pasti mengenal Segitiga Bermuda. Wilayah laut di selatan Amerika Serikat dengan titik sudut Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan Bermuda ini, telah berabad-abad menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri bahkan telah dicatat oleh pengelana samudera macam Christopher Columbus.

Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus sempat menyaksikan fenomena aneh di wilayah ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu baik.

Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun begitu saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah ufuk yang kemudian menghilang begitu saja.

Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera keenam memang seperti dihantui ’suasana’ yang tak biasa. Namun begitu rombongan Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi ‘pertunjukkan’. Lain dengan pelintas-pelintas yang lain.

Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar yang pernah terjadi di wilayah ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris, Atalanta, pada 1880. Tanpa jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain Atalanta, Segitiga Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.

Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam puluhan pesawat yang melintasinya. Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar 1990 lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari 5 Desember 1945. Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi. Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini pun raib tanpa sempat memberi sinyal SOS.

Anehnya, misteri Avenger tak berujung di situ saja. Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3 Mariner dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot dengan tigabelas awak ini pun ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara. Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang diduga menjadi tempat kecelakaan keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat pantai dengan 27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan. Ajaib.

Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka pesawat di lepas pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya orang-orang yang menyaksikan. Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu ternyata bagian dari kelima TBF Avenger.

Hilangnya C-119

Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas dari Lanud Homestead. Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan Terbang Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.

Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.

“Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami kehilangan jejaknya,” begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar kemungkinan pesawat mengalami masalah kendali arah (steering trouble) hingga nyasar ke lain arah,” tambahnya.

Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.

“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang veteran penerbang Perang Dunia II.

Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat jatuh di antara Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur, ledakan, atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio memang pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan serpihan pecahannya. Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya sang pilot bisa melakukan ditching (pendaratan darurat di atas air). Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti langit cerah, ombak hanya sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot.

Analisis selanjutnya memang mengembang kemana-mana. Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119 Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit artikel dari International UFO Bureau yang mengingatkan kembali sejumlah orang pada kasus ajaib tersebut.

Dalam artikel ini dimuat kesaksian astronot Gemini IV, James McDivitt dan Edward H. White II, yang justru membuat runyam masalah. Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia kebetulan tengah mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang sedang mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965 keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini dengan perlengkapan yang dirahasiakan.

Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal (UFO) dengan semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia. Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa. Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun segera tertarik menguji kesaksian ini. Tak mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi obyek yang dilihat kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar Gemini IV. Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga kini pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO.

Ketika itu kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu. Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka menyanggah jika telah salah lihat.

“Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO ‘kan tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain. Pengertian UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai UFO?” sergah Divitt.

Begitulah kasus C-119 Flying Boxcar yang tak pernah terpecahkan hingga kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib di wilayah Segitiga Bermuda kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi ketika cuaca sedang baik, tak ada masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi si pelintas tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala kejadian di sana. Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi terbalik, abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi. Selain itu ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena gampa laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana. Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap saja tak ada satu pun yang bisa menjelaskannya. Hanya ALLAH yang mengetahui di balik semua ini……

Belum lama ini tahun lalu, beberapa ilmuwan Amerika, Perancis dan negara lainnya pada saat melakukan survey di area dasar laut Segitiga Bermuda, Samudera Atlantik, menemukan sebuah piramida berdiri tegak di dasar laut yang tak pernah diketahui orang, berada dibawah ombak yang menggelora! Panjang sisi dasar piramida ini mencapai 300 meter, tingginya 200 meter, dan jarak ujung piramida ini dari permukaan laut sekitar 100 meter. Jika bicara tentang ukuran, piramida ini lebih besar skalanya dibandingkan dengan piramida Mesir kuno yang ada di darat. Di atas piramida terdapat dua buah lubang yang sangat besar, air laut dengan kecepatan tinggi melalui kedua lubang ini, dan oleh karena itu menggulung ombak yang mengamuk dengan membentuk pusaran raksasa yang membuat perairan disekitar ini menimbulkan ombak yang dahsyat menggelora dan halimun pada permukaan laut. Penemuan terbaru ini membuat para ilmuwan takjub.

Bagaimanakah orang dulu membangun piramida dan hidup didasar laut dengan lautnya yang gemuruh menggelora? Ada beberapa ilmuwan Barat yang berpendapat bahwa Piramida di dasar laut ini mungkin awalnya dibuat diatas daratan, lalu terjadi gempa bumi yang dahsyat, dan tenggelam ke dasar laut seiring dengan perubahan di darat. Ilmuwan lainnya berpendapat bahwa beberapa ratus tahun yang silam perairan di area Segitiga Bermuda mungkin pernah sebagai salah satu landasan aktivitas bangsa Atlantis, dan Piramida di dasar laut tersebut mungkin sebuah gudang pemasokan mereka. Ada juga yang curiga bahwa Piramida mungkin sebuah tanah suci yang khusus dilindungi oleh bangsa Atlantis pada tempat yang mempunyai sejenis kekuatan dan sifat khas energi kosmosnya, dia (Piramida) bisa menarik dan mengumpulkan sinar kosmos, medan energi atau energi gelombang lain yang belum diketahui.dan struktur pada bagian dalamnya mungkin adalah resonansi gelombang mikro, yang memiliki efek terhadap suatu benda dan menghimpun sumber energi lainnya.
Benarkah demikian? Master Li Hongzhi dalam buku Zhuan Falun mempunyai penjelasan tentang penemuan peradaban prasejarah sebagai berikut;
“Di atas bumi ada benua Asia, Eropa, Amerika Selatan, Amerika Utara, Oceania, Afrika dan benua Antartika, yang oleh ilmuwan geologi secara umum disebut ‘lempeng kontinental’. Sejak terbentuknya lempeng kontinental sampai seakrang, sudah ada sejarah puluhan juta tahun. Dapat dikatakan pula bahwa banyak daratan berasal dari dasar laut yang naik ke atas, ada juga banyak daratan yang tenggelam ke dasar laut, sejak kondisi ini stabil sampai keadaan sekarang , sudah bersejarah puluhan juta tahun. Namun dibanyak dasar laut, telah ditemukan sejumlah bangunan yang tinggi besar dengan pahatan yang sangat indah, dan bukan berasal dari warisan budaya umat manusia modern, jadi pasti bangunan yang telah dibuat sebelum ia tenggelam ke dasar laut.” Dipandang dari sudut ini, misteri asal mula Piramida dasar laut ini sudah dapat dipecahkan.